Alhamdulillah, UN udah lewat,
ijazah SMA sebentar lagi didapat, tapi kok senangnya cuma sesaat? Abis itu,
galau! Tiap ketemu orang, entah ayah, ibu, bibi, paman, uwak, nenek, kakek,
teman, temannya teman dan lainnya dan sejenisnya, semuanya ribet nanyain. “Abis
ini mau kuliah di mana? Jurusan apa? Kamu mo kuliah atau langsung kerja? Dan
seabreg pertanyaan senada lainnya.
Pfiuuuh! Begitulah nasib orang yang baru lulus. Padahal baru
kemarin tasyakuran kelulusan, bahkan ada yang nekat corat-coret baju seragam.
Baju seragamnya ditanda-tangani, dicat, digunting-gunting. Pokoke berbagai
ekspresi gaje (gak jelas) dilakukan demi sebuah
euforia kelulusan. Trus rame-rame konvoi dengan seragam tersebut. Pas lagi
begitu, terus ketemu orang gila yang nongkrong di pinggir jalan, jangan-jangan
orang gilanya mikir, eh koq temanku banyak banget. Ternyata emang
enak, gila! Nah, lho?
Jadi kegiatan model gini bener-bener nggak ada manfaatnya kan? Mending bajunya
kamu sumbangin ke orang-orang yang membutuhkan. Banyak lho, orang-orang di luar
sana yang masih kekurangan pakaian seragam.
Bro en Sis rahimakumullah, Balik lagi ke masalah pasca kelulusan,
kalau kita bingung setelah lulus dan nggak tahu harus ngelakuin apa, sebenarnya
ada yang salah dengan kita. Bener deh! Apa yang salah? Karena, dari awal kita
sekolah, kita nggak menetapkan target, tidak menetapkan tujuan, alias tidak
punya cita-cita. Cita-cita itu penting lho. Coba deh kita bahas masalah ini.
Target dan cita-cita itu penting
Sobat gaulislam, seseorang yang tidak memiliki target dalam
hidupnya, tidak memiliki cita-cita, itu ibaratnya sebuah kapal tanpa navigasi.
Berlayar nggak karuan, terhempas dan terombang-ambing mengikuti arus. Kapal
yang seperti ini, tidak akan sampai tujuan. Kalau sampai daratan sekali pun,
daratan yang dicapai pasti tidak sesuai keinginan.
Begitu juga manusia. Manusia yang hidup tanpa tujuan, tanpa
target, tanpa cita-cita akan rawan untuk tersesat. Dalam hal sepele saja, kita
harus punya tujuan. Misalnya nih, suatu hari kamu naik taksi. Terus ditanya ama
supirnya “mau ke mana?” dan kamu jawab, “terserah Pak Supir aja deh.” Kira-kira
gimana reaksi supir tersebut? Bisa jadi kamu langsung diusir, dianggap
mempermainkannya. Atau reaksi kedua, kamu diangkut, dibawa muter-muter nggak
jelas, terus dibalikin ke tempat awal sambil nagih ongkos yang besar. Atau
kemungkinan ketiga, kamu dibawa ke tempat yang asing trus….hih, serem kan?
Itu untuk perkara naik taksi aja begitu bahayanya kalau nggak
punya tujuan. Terus gimana dengan pilihan hidup? Masa’ sih untuk proyek sebesar
ini kamu biarkan mengalir seperti air. Ada temen kamu yang kuliah, kamu ikut juga
kuliah. Temen masuk fakultas kedokteran, masuk fakultas yang sama. Temen ada
yang kerja, eh kamu kerja juga. Temen kamu nikah, sibuk juga cari calon buat
nikah. Terus kalo temen kamu mati? Masa’ sih ikut mati juga. So,
jangan plin-plan dan ikut-ikutan.
Bro en Sis rahimakumullah, seseorang yang punya target dan
cita-cita, tidak akan mudah terpengaruh. Karena semenjak awal masuk sekolah,
SMA misalnya, ia sudah menetapkan target. Semakin detail kamu memetakan target
dan cita-citamu, semakin mudah pula kamu membuat pilihan-pilihan dalam hidupmu.
Apalagi kalau kamu sudah mempersiapkan pilihan alternatif-alternatifnya. Semua
akan terasa lebih mudah.
Pilihan setelah lulus
Sobat gaulislam, ada beberapa pilihan yang biasa dipilih oleh
temen yang baru lulus sekolah. Apa itu? Biasanya sih kuliah, kerja, kursus,
bahkan ada yang istirahat dulu alias nganggur. Pilihan ini tentu memiliki dasar
atau landasan sendiri-sendiri tergantung bagaimana kamu menyikapi dan
menanggapinya. Apa pun pilihannya, semuanya memiliki tingkat risiko yang
berbeda-beda, ya.
Bro en Sis rahimakumullah, sekarang kita bahas pilihan yang
pertama dan kedua dulu ya, yakni memilih yang mana antara kuliah atau
kerja. Hal ini akan tergantung dari banyak faktor, karenanya banyak indikator
yang dipergunakan untuk menentukan mau kuliah atau kerja. Jika kamu ingin
melanjutkan kuliah, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan:
Pertama, kamu ingin jadi apa? Kalau ingin jadi dokter ya ambil
Fakultas Kedokteran, pengen jadi guru ya ambil Fakultas Ilmu Keguruan dan
Pendidikan. Dalam mengambil jurusan atau fakultas ini perlu mempertimbangkan
minat dan cita-cita yang ingin dicapai. Semua tadi harus ditentukan terlebih
dahulu. Sekali lagi, jangan sampai kita kuliah tidak mempunyai arah dan tujuan.
Kedua, ukur kemampuan dan minat kamu terlebih dahulu. Jangan
sampai nih, kemampuan kamu di bidang ilmu-ilmu sosial, eh kamu malah mengambil
jurusan di bidang ilmu alam. Sebenarnya tidak apa-apa, tapi khawatir nantinya
kamu akan keteteran mengikuti perkuliahan. Alhasil waktu kuliah yang ditempuh
akan jadi lebih lama, biayanya membengkak dan hasilnya juga kurang maksimal.
Iya, nggak? Tidak perlu juga ikut-ikutan teman, karena sohibmu ingin masuk
jurusan psikologi misalnya, terus jadinya pengen kuliah jurusan itu juga, padahal
selama ini mungkin kamu lebih suka mengutak-atik komputer. So,
pilihlah jurusan yang sesuai dengan kemampuan dan minat kamu. Oke? Kalo kamu
masih bingung juga mengetahui apa yang menjadi minat dan kemampuanmu, kamu bisa
minta bantuan dari pendapat guru ataupun dari Tes Bakat Minat yang disediakan
oleh Lembaga Psikologi Terapan.
Ketiga, jangan lupa pertimbangkan juga perguruan tinggi yang akan
kamu masuki. Bagaimana akreditasinya, bagaimana lingkungan kampusnya, bagaimana
pergaulan mahasiswanya, bagaimana mutu dosen-dosennya, sarana dan prasarananya
dan lain-lain. Kamu juga bisa memilih kuliah diploma atau sarjana. Pendidikan
diploma biasanya fokus pada skill dan biasanya lebih siap pakai ketika terjun
ke dunia kerja nantinya. Pendidikan sarjana fokus pada pengembangan
keilmuannya, jadi akan lebih banyak menganalisa konsep.
Keempat, ukur kemampuan finansial orang tua. Dengan mengetahui
kemampuan finansial orang tua, tentunya kuliah kamu nanti tidak akan mandek di
tengah jalan. Pernah ada kejadian, orang tuanya biasa-biasa aja, anaknya pengen
kuliah di fakultas kedokteran. Tahun ketiga, orang tuanya tidak sanggup lagi
membiayai. Akhirnya kuliahnya mandek. Sayang kan? Udah banyak keluar biaya tapi
gagal.
Nah, selain itu, dengan kemampuan finansial yang pas-pasan
tentunya akan mendorong kita untuk lebih berprestasi dan termotivasi untuk
mendapatkan beasiswa. Jadi sebelum kuliah en selama kuliah, kamu kudu pasang
mata dan telinga. Banyak universitas yang menawarkan beasiswa, terutama bagi
yang berprestasi. Siapkan dirimu, sobat!
Terus gimana yang pilihannya pengen kerja? Untuk pilihan ini,
pertimbangkan lapangan kerja yang tersedia. Mengingat lapangan kerja yang
tersedia bagi lulusan SMA sangat sedikit sekali. Karena itu, perlu melihat
lapangan kerja seperti apa yang menerima lulusan SMK. Untuk membantu
meningkatkan ‘nilai’mu, kamu bisa kursus dulu. Bisa kursus desain grafis,
komputer, menjahit dan lain sebagainya.
Nah sobat, yang paling saya sarankan adalah buka usaha sendiri.
Banyak usaha yang bisa dilakukan oleh anak muda, lulusan SMA sekali pun. Modal
bukanlah kendala, yang paling penting adalah kemauan. Kalau ada kemauan pasti
ada jalan. Kamu bisa pinjam orang tua, keluarga atau orang lain yang punya
modal tapi nggak punya ide dan kesempatan untuk buka usaha. Asal kamu orang
yang amanah dan bisa dipercaya, perincian usahamu juga matang, insyaallah orang
sudi memodalimu.
Apalagi kalau kamu punya keahlian tertentu. Misalnya kamu hobi
bikin kue, bisa buka toko kue, buka kios pulsa, buka distro, warung, les privat,
ngedesain website dan lain-lain. Hal terpenting adalah jangan gengsi. Banyak
pengusaha yang akhirnya sukses dan penghasilannya melebihi gaji PNS, memulai
usaha dari usaha yang sederhana. Banyak orang yang sukses di dunia ini berasal
dari orang-orang yang tidak mengenyam pendidikan tinggi. Rahasianya adalah,
terus mengasah potensi, rajin menambah keterampilan en jeli melihat peluang
yang ada.
Syarat jadi orang yang berguna
Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam, jika ternyata
kamu belum juga ada biaya untuk kuliah, kursus atau wirausaha, bukan berarti
lantas kamu nggak bakal jadi orang sukses. Terus kalo nggak sukses lantas
dianggap menjadi orang yang tidak berguna. Pemikiran ini tidak tepat. Karena
sesungguhnya, kesuksesan yang hakiki itu dilihat dari keimanannya kepada Allah.
FirmanNya: “Dan
barangsiapa mentaati Allah dan RasulNya, maka sesungguhnya ia telah mendapat
kemenangan yang besar.” (QS al-Ahzab [33]: 71)
Nah, berarti orang yang paling taat terhadap Allah dan RasulNyalah
yang benar-benar berhasil di dunia ini. Ini artinya, kalau kita adalah orang
yang selalu terikat dengan hukum-hukum Allah, selalu mematuhi perintah dan
menjauhi laranganNya, berarti kita termasuk orang yang mendapat kemenangan.
Bro en Sis, adapun untuk bisa menjadi orang yang berguna, cara
yang paling tepat adalah dengan meningkatkan kepedulian terhadap orang lain.
Berusaha sekuat tenaga untuk melakukan perubahan ke arah Islam. Itulah sebabnya
Allah mensyariatkan aktivitas dakwah. Rasulullah saw. Bersabda: “Siapa
saja yang bangun pagi dan hanya memperhatikan masalah dunianya maka orang
tersebut tidak berguna sedikit pun di sisi Allah. Siapa yang tidak
memperhatikan urusan kaum Muslim maka ia tidak termasuk golongan mereka (HR
at-Thabari dari Abu Dzar al-Ghifari)
Sobat gaulislam, jangan gundah selepas luluh sekolah. Sebaiknya
kamu tetap semangat menatap masa depanmu, apalagi kamu sebagai muslim yang
sehrusnya memiliki tujuan jelas dalam kehidupan. Ayo, tentukan tujuan hidupmu
dan pastikan semuanya baik-baik saja.Jangan ragu, jangan bimbang. Oya, kalo pun
akhirnya kamu kuliah, kerja, wirausaha, atau menikah, namun yang wajib tetap
dilakukan adalah kamu senantiasa ngaji dan terus belajar Islam. Sebab, kalau
bukan kita yang mencintai Islam dan dakwahnya, siapa lagi? Yuk ambil bagian!