Selasa, 15 November 2011

"Bunuh Diri Bukan Solusi"

Bagi kamu yang ngefans sama drama Korea atau semua yang berbau Korea, tentunya mengenal Cha Dong Hae. Yup, doi adalah mantan anggota SG Wannabe (grup paling populer di Korea). Kenapa dia? Bunuh diri! Hmm.. kian menambah panjang daftar selebritis Korea yang meninggal bunuh diri. Hae memang dikabarkan menderita depresi berat setelah dua tahun lalu ditinggal mati manajernya yang juga bunuh diri di sebuah hotel.
Bro en Sis, sejak tahun 2005, selain Cha Dong Hae, tercatat ada 9 seleb Korea yang bunuh diri, termasuk Park Yong-ha, aktor Korea yang dikenal lewat serial Winter Sonata ini ditemukan tewas bunuh diri di rumahnya. Dia menggantung diri menggunakan kabel charger telepon genggam. Berikut daftar selebritis Korea yang memilih bunuh diri: Lee Eun-ju, 2005 (aktris). Sahabat dan temannya mengatakan bahwa Eun-ju mengalami depresi yang akut. U-Nee, 2007 (penyanyi). Kabarnya dia mengalami depresi dan tekanan luar biasa dari fansnya di internet. Jung Da-bin, 2007 (bintang televisi). Depresi.
Di tahun 2008, ada Ahn Jae-hwan (aktor). Utangnya segede gunung ke lintah darat, bisnisnya bangkrut, akhirnya dia memutuskan bunuh diri. Choi Jin-sil, 2008 (artis). Depresi setelah bercerai. Bebannya kian berat saat ia dituduh di internet sebagai salah satu pihak yang menyebabkan Ahn Jae-hwan bunuh diri. Jang Ja-yeon, 2009 (model dan artis). Dalam catatan bunuh dirinya, Jang Ja-yeon mengatakan ia sering dipaksa untuk “melayani” petinggi di bidang hiburan.
Pada 2010, Kim Daul (model) melakukan bunuh diri di Prancis setelah merasa tekanan dunia model terlalu berat baginya. Choi Jin-young, 2010 (aktor dan penyanyi). Bunuh diri setelah menderita akibat kematian adik tercintanya. Park Yong-ha, 2010 (aktor dan penyanyi). Ia bunuh diri akibat depresi harus mengatur masalah karir dan bisnis di samping merawat kedua orang tuanya yang sakit parah.

Popularitas dan depresi
Menurut catatan Organization for Economic Cooperation and Development, 21 dari 100 ribu orang Korea melakukan bunuh diri—melewati batas normal yaitu 11.

Hwang Sang-Min, seorang psikolog dari Universitas Yonsei, mengungkapkan bahwa orang Korea cenderung membentuk identitas mereka sesuai pandangan orang lain terhadap dirinya. Nah, ketika sang seleb nggak lagi mampu menunjukkan citra baik dan tenang, mereka cenderung frustrasi, menyerah, dan mengambil pilihan drastis — salah satunya adalah bunuh diri.
Lho, memangnya nggak ada konseling, gitu? Hmm.. konon kabarnya budaya Korea yang cenderung tertutup juga membuat para selebritis itu malu jika ketahuan publik saat pergi ke konseling atau sedang mengalami depresi.
Kok begitu rapuhnya sih, memangnya nggak punya keyakinan agama gitu? Bro en Sis, hampir setengah penduduk Korea tidak memiliki agama, sehingga ketika mereka mengalami depresi, penghargaan terhadap nilai kehidupan pun rendah. Ckckck… alhamdulillah yah kita mah punya keyakinan hidup, yakni Islam, sehingga nggak mudah putus asa dan depresi dalam menghadapi kenyataan hidup yang pahit.
Bro en Sis pembaca setia gaulislam, sebenarnya mereka yang melakukan bunuh diri banyak juga lho di negeri kita, bahkan dilakukan oleh remaja. Angka kasus bunuh diri pada kalangan anak hingga remaja di Indonesia termasuk tinggi di Asia. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO, pada 2005 tercatat 50 ribu penduduk Indonesia bunuh diri setiap tahun. Dari kejadian kasus bunuh diri tersebut, ternyata kasus yang paling tinggi terjadi pada rentang usia remaja hingga dewasa muda, yakni 15-24 tahun.(www.kbr68h.com)

Nah, perlu diketahui juga bahwa remaja putra lebih rentan untuk melakukan bunuh diri ketimbang remaja putri. Maksudnya, anak cowok tuh kalo ngelakuin bunuh nggak tanggung-tanggung, misalnya gantung diri. Kalo anak cewek palingan minum racun serangga. Itu pun kalo isinya nggak ketuker ama sirop. Hehehe..
Pakar Kejiwaan dari Rumah Sakit Marzuki Mahdi, Bogor, Eka Viora memaparkan, kasus bunuh diri yang terjadi lebih banyak dilakukan oleh remaja putri dibanding putra. Namun, ia menambahkan, ‘tingkat keberhasilan’ bunuh diri pada remaja putra lebih besar jika dibandingkan dengan percobaan bunuh diri yang dilakukan remaja putri.
Remaja putra umumnya menggunakan metode yang lebih mematikan, seperti gantung diri. Sementara remaja putri memiliki kecenderungan menggunakan metode bunuh diri yang lebih ‘halus’ misalnya dengan meminum racun serangga. (www.kbr68h.com)

Kalo para seleb nggak kuat menahan popularitas dan pencitraan diri, kemudian depresi dan memutuskan bunuh diri, maka umumnya orang di Indonesia (termasuk di dalamnya para remaja) melakukan bunuh diri karena putus cinta, ditinggal pacar, punya penyakit tak kunjung sembuh, dililit utang, suaminya selingkuh, dan masalah lainnya yang membawanya depresi lalu bunuh diri.

Jangan nekat bunuh diri
Idih, serem banget deh. Masa’ sih kita nekat bunuh diri. Nggak sayang banget tuh sama tubuh kita sendiri. So, itu namanya nggak cinta sama tubuh kita. Iya nggak sih? Meskipun memang yang dilukai or dibunuh adalah tubuh kita sendiri, tapi kan tetap tubuh itu bukan milik kita. Tubuh itu hakikatnya adalah milik Allah Swt. Dia telah memberikan amanah kepada masing-masing kita dalam merawat tubuh kita. Suatu saat kelak kita bakalan dimintai tanggung jawab dalam menjaga amanah tubuh ini. Lha, kalo tiba-tiba bunuh diri, apa itu nggak mengkhianati pemberi amanah? Perlu diragukan tuh kecintaan ama diri sendirinya kalo ternyata dia malah mengakhiri hidup dengan bunuh diri. Betul ndak?
Boys and gals, banyak teman kita mengakhiri hidupnya hanya gara-gara hal yang sebenarnya masih mungkin untuk bisa dicarikan jalan keluarnya yang benar dan baik. Bukan dengan cara minum racun serangga atau gantung diri. Seringkali yang kita dapatkan infonya dari media massa ada anak SD yang bunuh diri dengan cara menggantung dirinya karena ribut sama adiknya ketika rebutan nonton acara televisi. Ada juga anak SMP yang bunuh diri karena sering dimarahi sama ibunya. Ia merasa terhina dan tertekan akhirnya gantung diri. Malah ada juga yang bunuh diri minum racun serangga karena putus cinta. Walah… macem-macem alasannya.
Buat kamu yang masih hidup saat ini (tentu dong, kalo yang udah meninggal mana bisa baca artikel ini hehehe..), jadikan pelajaran deh nasib beberapa teman kita (termasuk para seleb Korea yang gaya mereka kini digandrung remaja macam kamu) yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Nggak usah ditiru. Bercita-cita pun jangan dong ya. Nggak baik dan emang nggak benar menurut ajaran agama kita, Islam.
Bro en Sis, jika kita memang cinta sama tubuh kita dan jiwa kita, ketika ada masalah ya kita obrolkan baik-baik. Jangan nekat mengakhiri hidup. Lagian, apa kemudian selesai urusan kita? Di dunia bisa jadi selesai. Tapi kehidupan kita kan bukan cuma di dunia ini. Ada kehidupan setelah kematian. Yup, di akhirat kita akan dikumpulkan pada hari perhitungan. Nah, lho gimana pertanggungan jawab kepada Allah Swt. nanti ? Sementara kita tak punya bekal amal baik yang banyak. Tolong direnungkan ya, dipikirkan dengan benar dan baik, hitung nilai kerugiannya di akhirat kelak.

Bunuh diri itu konyol
Bro, rasanya kita pantas untuk mikir seribu kali dan nggak bakalan nekat bunuh diri. Sebab, bunuh diri tuh dilarang dalam ajaran Islam. Allah Swt. sudah menjelaskan tentang larangan melakukan bunuh diri. Seperti dalam salah satu ayat di al-Quran:

“Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS an-Nisaa` [4]: 29)

Rasulullah saw. juga bersabda,
“Barangsiapa yang mencekik lehernya, ia akan mencekik lehernya sendiri di neraka. Dan barang siapa yang menusuk dirinya, ia akan menusuk dirinya sendiri di neraka.” (HR Bukhari dan Muslim)

Sobat, bunuh diri bukan saja tindakan konyol tapi jelas berdosa. Dalam hadis lain, Rasulullah saw. juga ber¬sab¬da, “Barangsiapa bunuh diri dengan meng-gunakan besi yang tajam, maka alat yang digu¬nakannya itu akan dihunjamkan ke dalam perut¬nya kelak di hari kiamat dalam api neraka; di dalamnya ia kekal abadi. Barangsiapa bunuh diri dengan meminum racun, maka kelak dalam api jahanam racun tersebut akan diminum dengan tangannya; di dalamnya ia kekal abadi. Barang¬siapa yang terjun dari sebuah gunung (tempat yang tinggi) untuk bunuh diri, maka ia akan terjun di dalam api neraka; di dalamnya ia kekal abadi.”

(HR Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah
ra; dalam al-Fath al-Kabir, III/224)

Bunuh diri hanya dilakukan oleh orang-orang yang nggak memiliki iman, atau setidaknya memiliki iman tapi nggak berfungsi untuk mencegah dirinya berbuat nista. Padahal, manusia yang masih hidup pasti banyak ujian kehidupan, dan sering perih. Namun, bila kita beriman, tetap sabar, tetap berusaha dan tawakkal, insya Allah ada jalan keluar. Jangan berputus asa dari rahmat Allah Swt. Tetap semangat untuk menggapai ridho dan rahmat Allah Swt, meski hidup sulit.
Oke deh, semoga kita jadi makin hati-hati dalam hidup ini. Nggak putus asa dan nggak nyari jalan pintas dengan cara bunuh diri untuk lepas dari masalah yang menjerat kehidupan kita. Terus terang itu nggak menyelesaikan masalah. Bahkan nimbulin masalah baru, yakni dosa. So, kalo emang cinta sama diri sendiri, jangan nekat bunuh diri. Jangan cuma ngaku-ngaku cinta sama diri sendiri, kalo akhirnya nekat bunuh diri. Itu cinta palsu, atau memang kadar cintanya sedikit banget. Waspadalah!

Kamis, 10 November 2011

Get Real, Bro !

Get Real, Bro !

Hari gini masih maen FB dan twitteran? Masih suka galau? Atau malah pengen nyiptain “sesuatu” dalam hidup kamu? Sebenernya masih banyak seabrek pertanyan lain yang bakal kagak ada habisnya ditulis di sini. Banyak organisasi/orang yang dianggap (atau lebih tepatnya “merasa”) sukses dengan menerapkan social (baca sok-sial) network, sebagai salah satu channel komunikasi mereka, walapun ternyata tidak demikian adanya. Karena memang sangat susah untuk bisa menilai keberhasilan suatu kondisi sosial (dalam hal ini komunikasi), mengingat dinamika yang ada di dalamnya yang sangat fluktuatif. Terus kenapa social network jadi “#sesuatu” yang ngetren abis?
Apa sih social network itu?
Berdasarkan penjelasan dari wikipedia, social network adalah sebuah konsep/teori dimana seorang individu merupakan titik (node) yang terhubung dengan titik yang lain karena satu alasan tertentu (mis: keluarga, temen, kesamaan interest/hobby, tinggal di wilayah yang sama, bekerja di tempat yang sama, hingga dari agama yang sama). Hubungan antar titik ini bisa divisualisasikan menjadi menjadi semacam peta hubungan antar individu berdasar pada alasan tertentu untuk kemudian dianalisis untuk berbagai macam keperluan.
Guna memfasilitasi terwujudnya sosial network dalam satu bentuk yang bisa dipahami dan dirasakan manfaatnya, beberapa perusahaan menghadirkan yang disebut sebagai social network service, alias penyedia jasa jejaring sosial, dimana jumlahnya sangat banyak sebenernya, cuma beberapa yang terkenal dan umum dipake saat ini, yaitu facebook en twitter. Perusahaan jejaring sosial ini memperoleh keuntungan utamanya dengan menjual iklan, dan data yang mereka peroleh dari para membernya untuk keperluan analisis tertentu. So, semakin banyak data yang berhasil mereka peroleh, akan semakin tinggi pula akurasi informasinya dan semakin banyak pula analisis yang bisa dilakukan, yang pada akhirnya akan semakin banyak dolar yang bisa diperoleh oleh para penyedia jasa sosial tersebut.
Dengan melihat besarnya potensi penggunaan jejaring sosial ini, kemudian muncul berbagai ide penggunaan jejaring sosial bagi para user aktifnya. Umumnya di Indonesia mereka sering disebut sebagai situs pertemanan, dimana mereka “berasumsi” dengan menggunakan situs pertemanan atau jejaring sosial ini, mereka sudah bersosialisasi dan eksis banget di dunia dan akherat. Sementara bagi para pedagang, begitu mereka tahu potensi yang tersimpan pada situs pertemanan atau jejaring sossial ini begitu besar, spontan saja intuisi dagang mereka tumbuh subur bak jamur di musim duren, eh musim hujan, tanpa perlu banyak cingcong mereka membombardir jejaring sosial dengan iklan dagangan mereka. Sementara bagi mereka yang “gila popularitas”, jejaring sosial ini merupakan surga bagi para narsis-mania untuk menyalurkan hasrat narsis mereka yang menggelora dengan afdol bin toyib. Oya, masih banyak kelompok lainnya yang menggunakan jejaring sosial ini untuk keperluan mereka masing-masing. Karena saking banyaknya kemungkinan penggunaan jejaring sosial ini, in the end, gue ngerasa jejaring sosial adalah tempat sampah informasi saja.
Loh kok tempat sampah? Iya, karena tidak mudah untuk bisa memanfaatkan informasi yang kita peroleh dari sana. Memang selalu ada informasi bermanfaat yang bisa kita ambil, namun yang model kayak gini sangat sedikit sekali jumlahnya. Coba aja kalo kamu lagi online misal selama 30 menit, hitung deh berapa banyak “sesuatu” yang bener-bener bermanfaat bagi kamu? Kondisi ini mirip banget dengan keranjang sampah, dimana selalu aja ada “sesuatu” yang bisa dimanfaatkan di dalamnya, tapi ya sedikit banget, dan seringnya untuk memperoleh yang sedikit ini, harus dengan susah payah karena kudu diproses dulu, sementara 30 menit tersebut kalo kita gunakan untuk membaca al-Quran, lumayan banget gitu looh, yah bisa kurang lebih dapet 1 juz lah.
Bersosialisasi dan permasalahannya
Back to the fact, kita meluangkan waktu untuk aktivitas yang tidak penting, seperti sharing foto, saling poking, update status dan sebagainya. Dalam kenyataan yang sebenernya (realita) kita bisa memperoleh kesenangan yang jauh lebih asyik daripada melakukan hal tidak bermanfaat itu, misal pergi bareng temen-temen kamu, sharing foto dengan metode kuno, alias tukeran album foto, dan kemudian jelasin satu persatu foto yang ada dalam album tersebut secara langsung, nikmati setiap candaan spontan temen-temen kita dan masih banyak kesenangan lainnya yang nggak bakalan bisa kamu dapetin di jejaring sosial. Menurut kamu, temen yang kamu pergauli dengan cara chat via BBM/FB/Twit, video call via Skype, nyoret-nyoret wall mereka lebih seneng diperlakukan seperti itu daripada interaksi sosial secara langsung? Kalo jawabannya ‘Ya”, artinya kamu ato temen kamu sakit!
Selain memberikan ilusi akan sosialisasi yang palsu, jejaring sosial juga memiliki seabrek permasalahan lainnya, beberapa di antaranya adalah: Pertama, jejaring sosial sering menjadi ajang “childish” alias kekanak-kanakan. Sebagian merupakan efek dari narsisme, dimana doi pengen banget dapet perhatian orang lain. Pastinya sudah sering denger orang complain di jejaring sosial hanya karena hal sepele, kayak laper, pusing, dingin, nggak dibeliin Ipad, engga diijinin kawin ama ortunya (loh?) dan sebagainya. Apa untungnya memposting permasalahan yang sedang kita hadapi? Supaya seluruh dunia ngebacanya? Ngebuka aib sendiri? Atau kesulitan menerima kenyataan yang sedang kamu hadapi? Come On Grow Up Guys!
Kedua, penyimpangan penggunaan jejaring sosial untuk tujuan jahat, sudah sering kita denger orang tertipu dari jejaring sosial, mulai ketipu dari hal yang kecil sampai ketipu jenis kelamin pasangannya yang dikenal via jejaring sosial, karena data jenis kelaminnya di jejaring sosial dimanipulasi. Sangat susah untuk bisa kita cerna dengan logika kita: sad, but it’s true (**sambil nyanyi lagunya Metallica!)
Ketiga, sumber berbagai permasalahan interpersonal. Mulai dari sindir-sindiran via status update, kesinggung karena salah baca updetan temen, Ge-er ama status temen (dikira dirinya, padahal bukan), sampai yang berujung perceraian juga sudah terjadi, udah wasting time nambah masalah pula, rugi bener.
Keempat, alat marketing yang digunakan terlalu berlebihan. Udah jamak jaman sekarang berbagai produk dicantumkan, follow us on fb or twitter. Banyak perusahaan mengganggap jejaring sosial adalah alat marketing murah meriah yang cukup populer, coba deh kamu tanya diri kamu sendiri, buat apa sih follow sebuah produk gitu loh? Masih lumayan follow seorang pakar di bidang tertentu, karena kita berharap bisa belajar banyak dari informasi yang dia share di jejaring sosial, nah ini follow produk? Misal kita follow produk popok bayi, ngapain kita (manusia) “mengikuti” popok bayi? Apa engga lebih baik kita mengikuti Nabi Muhammad saw.? Nyadar dong kalo kita udah dijadikan obyek marketing gratisan!
Kelima, permasalahan klasik, yakni soal privasi. Data apapun itu bentuknya, ketika kita pengen ngehapus (bener-bener hilang, bukan nonaktif) ternyata terlalu berharga bagi para penyedia jasa jejaring sosial. Sebab, bagi mereka setiap data ada harganya. Data yang sudah mereka peroleh dengan mudah dari para usernya yang susah payah mendaftar dengan suka rela, tidak serta merta hilang ketika kita seorang user menutup akun-nya. Ini memunculkan pertanyaan mendasar, data-data tersebut sebenernya punya siapa? Kalo kemudian ada yang nyari duit dari data-data kita tersebut, mestinya kita berhak memperoleh bagian dari penjualannya dong. Tul nggak?
Bijak gunakan jejaring sosial
Menimbang kemudhorotan dan manfaat dari jejaring sosial, mestinya kita bisa dengan mudah menentukan kudu gimana kita dengan kondisi jejaring sosial saat ini. Yang jelas sikap idealnya adalah meninggalkannya jika tak mampu memanfaatkan dengan benar dan baik. Namun bila hal itu ada niat dan mampu untuk menyampaikan dakwah dan menunjang tersebarnya dakwah via internet, silakan saja. Buletin gaulislam juga punya kok akun di fb dan twitter untuk menunjang penyebaran informasi dakwah. Ya, sebatas keperluan itu saja.
Memang hukum dasarnya adalah mubah untuk penggunaan teknologi semacam ini, dari sudut pandang usul fiqih, mubah adalah kondisi hukum yang berupa pilihan yang diserahkan pada manusia, yang dimaksud dengan pilihan di sini adalah pilihan untuk melakukan maupun tidak melakukan aktivitas tersebut, tentunya harus ditimbang dengan standard syar’i. Jadi kita musti menimbang permasalahan penggunaan jejaring sosial ini sesuai dengan kondisi yang kita hadapi.
Fenomena maraknya jejaring sosial di Indonesia ini juga mengindikasikan bagaimana kualitas umat Islam di negeri kita, karena sebagai seorang muslim kita kudu bisa menghargai waktu dengan baik dengan cara memanfaatkannya sesuai dengan hadis daro Abu Hurairah r.a.: “Nabi bersabda, salah satu ciri baiknya keislaman seseorang adalah ketika dia meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat (bagi dunia dan akhiratnya)”. Dari hadis tersebut bisa kita tarik kesimpulan kalo emang keislaman umat di Indonesia ini baik, sudah pasti hal-hal yang tidak bermanfaat pasti nggak akan laku, bukan malah sebaliknya.
Get Real, Bro! Kalo kamu emang punya pemikiran jenius tiada taranya, tuangkan pemikiran kamu dalam amalan yang “Real”, supaya orang lain merasakan hebatnya kontribusi pemikiran jenius kamu! Buat apa kamu tuangkan pemikiran jenius kamu di jejaring ‘soksial’ dan kemudian ngerasa “besar” di FB/Twit karena banyak temenya atau follower-nya yang ngerespon pemikiran-pemikiran kamu, tapi kehidupan nyata, you’re nothing!
Kita kudu kembali bersosialisasi dengan “real”! Sosialisai itu gampang kok dan mengasyikan, nggak perlu media-mediaan, and so pasti sangat manusia banget dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Hiduplah lebih banyak di dunia nyata, buatlah “sesuatu” in real life, Islam masih memerlukan banyak banget pejuang-pejuang tangguh dan jenius seperti kamu untuk menegakkan kembali kekhalifahan di muka bumi ini. So, banyak-banyaklah bersyukur terhadap apa yang sudah kamu dapet saat ini, semoga bermanfaat. [ OSIS SMK BINA KERJA PURWAKARTA]

gaul dalam islam

Gaul ala islam
Kini muncul istilah gaul dalam atmosfir kehidupan remaja. Bukan barang baru sebetulnya. Akrab malah. Ya, nggak man? Pokoke, ada istilah kaca mata gaul, anak gaul, pakaian gaul, bahasa gaul, malah ada juga ustadz gaul (kalo yang ini kira-kira apa yang membuatnya gaul, ya?). Pokoknya, serba gaul deh.
Begitu pun dengan sebutan anak gaul. Gambarannya anak ini enak diajak ngobrol, selalu nyambung dengan objek bahasan dan kesannya nggak norak, ngertiin keinginan kita. Itulah anak gaul.
Misalnya, tahu tentang perkembangan dandanan alias mode, bukan berarti kemudian kita latah untuk mencobanya. Padahal mode tersebut bertentangan dengan ajaran Islam. Seperti swimsuit alias pakaian renang dan tang-top, bagi kamu yang puteri dilarang memakainya di tempat-tempat umum atau di hadapan yang bukan mahromnya.
Allah SWT. berfirman: “Katakanlah kepada wanita beriman. Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya…” (QS. An-Nur 31). Dalam lanjutan ayat tersebut, boleh menampakan perhiasannya pada mahromnya saja, seperti suami, ayah, adik kandungnya dan seterusnya.
Bagi kamu yang ingin tampil ngetren dengan jilbabnya, misal warnanya cerah, modelnya nggak ngebosenin, pokoknya matching banget. Jadi, selain menutup aurat, kita juga bisa bergaya, asal tetap syar'i Di jaman Rasulullah, para sahabat juga banyak yang keren, malah dalam beberapa riwayat, Ali bin Abi Thalib termasuk orang yang kuat dan perkasa, terbukti ketika dalam suatu peperangan, beliau menggunakan pedangnya yang terkenal, Zulfikar yang mempunyai mata pedang bercabang dua mampu membelah tubuh musuh. Ini luar biasa, dengan ukuran pedang yang gede banget dan tentu saja tenaga yang dibutuhkan untuk mengangkat dan mengayunkan pedang sebesar itu bukan main hebatnya. Tapi Ali r.a. tetap kalem dan nggak punya cita-cita untuk show of force alias pamer kekuatan di hadapan para sahabat lainnya. Sayidina Ali tetap low profile.
Bagi jamaah cowok, tampil meyakinkan itu harus. Tapi jangan sampai merasa wajib untuk tampil macho supaya bisa disebut anak gaul. Membina tubuh agar tetap fit setiap hari boleh-boleh saja, malah dalam beberapa kasus bisa jadi harus, untuk menunjang dakwah, misalnya. Nggak masalah. Hanya saja kita juga jangan melupakan amanat Rasulullah: “Bukanlah orang yang kuat itu adalah yang menang dalam bergulat, tetapi adalah orang yang dapat menahan nafsunya tatkala dia marah,”
Jadi, macho or modis bukan ukuran kepribadian, Brur. Soalnya, percuma saja kalo performance kamu keren, gaul, macho, modis tapi ternyata kelakuan kamu nggak jauh dari para preman dan orang-orang rendahan lainnya. Yang tentu saja nggak punya kepribadian, apalagi kepribadian Islam. Karena orang yang dikatakan punya kepribadian adalah orang yang punya pola pikir dan pola sikap yang tinggi. Seseorang dikatakan punya kepribadian Islam, berarti dia punya pola pikir dan pola sikap yang Islami.
Wajib Gaul dengan Islam
Jadi yang namanya anak gaul itu bukan berarti harus tampil all out dengan meniru tren-tren yang bebas kelewat batas. Lepas dari syariah Islam. Islam nggak pernah melarang umatnya untuk keren. Keren di sini maksudnya nggak kumuh. Bahkan Islam menganjurkan umatnya supaya tampil rapih dan meyakinkan. Karena itu bagian dari adab bergaul dengan masyarakat. Dengan kata lain, kita nggak boleh tampil ala kadarnya. Perlu dicatat, ala kadarnya bukan berarti sederhana. Kalo sederhana sih, boleh. Karena Islam memang mengajarkan.
Bila kamu gape bicara soal musik, film, bola, jangan sampe itu membuat kamu terobsesi untuk bisa tampil seperti para pelakunya. Malah kamu jangan cuma gaul dalam urusan-urusan tadi saja, tapi wajib gaul juga soal hukum dan pemikiran Islam? secara lebih luas. Caranya? Ya, ngaji dong, Non!
Tentu, harus dipahami bahwa dalam kondisi masyarakat yang amburadul seperti sekarang ini, kita harus selektif. Buat apa tampil gaul kalo harus mengorbankan akidah, iya nggak? Mendingan perdalam Islam supaya bisa selamat dunia dan akhirat. Meski tentu saja Islam tak pernah alergiĆ¢ dengan yang namanya perkembangan jaman, tapi dengan catatan, hal itu sesuai dengan ajaran Islam. Jadi begitu, cing!



Info artikel ini hub :
Cp : 085624145360 ( Al-Nawawi )
Cp : 087778849817 ( Irfan firdaus )