MUHAMMAD
AL-FATIH – 1453
ini adalah kisah ketika dunia hanya mengenal dua
wilayah,barat dan timur. Ini adalah persaingan antara negara; imperium romawi
dan khilafah islam. Ini adalah cerita saat dunia terpolariasi menjadi dua
bagian; kristen dan islam. Ini adalah epik antara dua kekuasaan; Byzantium dan
utsmani.
Pada
suatu masa ketika dunia hanya terbagi menjadi dua bagian, sudah menjadi
kewajaran bagi barat untuk menaklukan timur. Namun ada seorang pemuda yang
membalik semuanya dan menaklukan sebagian besar barat.
Pemuda yang mengukur namanya dalam sejarah emas
dunia, dengan prestasi dan pencapaian yang tidak pernah ada pada masanya
ataupun sebelumnya, prestasi yang jauh melebihi masanya.
Ini adalah salah satu pertempuran paling penting
dalam sejarah islam dan sejarah dunia. Pertempuran yang sangat berpengaruh pada
relasi kristen dan islam. Serta panglima terbaik yang telah diramalkan oleh
Rosulullah.
Konstantinopel
adalah kota yang dijanjikan bagi kaum Muslim seperti telah diberitakan
Rasulullah SAW beberapa abad sebelumnya. Menaklukkan Konstantinopel adalah
kerinduan kaum Muslim yang untuk memperolehnya dibutuhkan lebih dari delapan
abad. Membutuhkan usaha yang luar biasa mengingat Konstantinopel adalah kota
imperium terbesar di zamannya dengan pertahanan luar biasa kokoh. Gabungan
keyakinan utuh seorang Muslim, kebulatan tekad, usaha keras tak kenal menyerah,
strategi perang jitu dan kesabaran lah yang menjadikan seorang Muhammad Al
Fatih berhasil menaklukkannya. 29 Mei 1453.
Membaca
buku setebal 318 halaman ini tak ubahnya seperti membaca sebuah novel yang
menawan bahkan saya nyaris tak ingat bahwa sebenarnya saya sedang membaca buku
shiroh. Gaya bahasa runut, mengalir serta penggambaran latar tempat dan waktu
yang kuat sepanjang tujuh belas bab membuat pembaca seperti hanyut dalam setiap
kisah yang diceritakan, mengikuti kejadian demi kejadian tanpa merasa bosan.
Banyaknya ilustrasi yang ada pada buku bersampul kuning ini dan merujuk pada
referensi yang sedemikian banyak seperti disebutkan dalam Daftar Pustaka
menjadikan buku ini begitu kaya. Begitu indah.
Sejarah
pasti akan berulang. Belajarlah dari sejarah. Belajarlah dari kegigihan kaum
Muslim menaklukkan Konstantinopel setelah berjuang beberapa abad, belajarlah
dari keberanian kaum Muslim yang tak takut mati demi membela kehormatan agama,
belajarlah dari kesalehan dan strategi Muhammad Al Fatih menempa dirinya sekian
lama, belajarlah dari kearifannya sebagai seorang pemimpin bagi semua kaum,
belajarlah sebagai seorang Muslim yang sepenuhnya berserah dan tunduk
kepada-Nya dan apapun yang Dia tentukan.
Felix
Siauw, seorang mualaf, meracik kata demi kata dengan piawai. Pemilihan kata
yang digunakan tak sekadar enak untuk dibaca tetapi lebih dari itu, kata-kata
yang digunakannya menyebarkan semangat (ghirah) keislaman yang tinggi. Bacalah
dan rasakanlah kekuatan kata demi kata.
Buku
ini ditutup dengan epilog yang amat indah (bagian yang paling saya suka dari
buku ini), paragraf pertama epilog,
“Ketika
ada yang bertanya kepada saya, sikap mental apakah yang paling menonjol pada
seorang Mehmed Al-Fatih, saya segera menjawab “see beyond the eye can see”,
Melihat lebih daripada yang bisa dilihat oleh mata. Lebih jauh lagi, bahkan
saya katakan ini adalah sikap mental yang terkait dengan inti ajaran Islam,
aqidah Islam. Sebagian besar perkara keimanan di dalam Islam tidak dapat
dilihat oleh mata dalam meyakininya menuntut seseorang untuk bisa melihat lebih
dari mata. Eksistensi Allah, Malaikat, Hari Kiamat, Surga dan Neraka dan
perkara-perkara lain yang tak kasat mata,(halaman 290).
Berikut
kata bijak lainnya dalam buku ini:
Ada
cara yang menyenangkan untuk mengubah kepribadian Anda menjadi selevel para
ksatria Islam yang terpisah zaman dan waktu, bacalah sejarah (hal. X)
Bukanlah
suatu perubahan yg mudah dari pejuang gurun pasir ke pejuang laut,hanya ksatria
berkeyakinan langit yg bisa (hal. 17)
Kita
tidak memerangi musuh karena jumlahnya, kekuatannya dan banyaknya pasukan. Kita
tidak memerangi mereka kecuali karena agama ini yang mana Allah memuliakan kita
dengannya (Abdullah bin Rawahah, hal. 103)
Sejarah
mencatat bahwa daerah yang dibebaskan kaum Muslim akan menjadi lebih sejahtera
daripada sebelumnya, sebagai bukti ketinggian Islam dan sebagai argument tak
terbantahkan bahwa Islam bukan menjajah dan mengeksploitasi, melainkan
membebaskan dan membawa ummatnya menuju kemuliaan hidup (hal. 104)
Pasukan
yang terbaik tidak hanya tersusun dari potensi individu yang baik, tetapi juga
karena keteraturan dan ketakwaan kepada Allah swt, Dzat pemberi kemenangan
(hal. 105)
Bahwasanya
seorang hamba itu sekadar merancang sedangkan yang menentukan adalah Allah dan
ketentuan semuanya ada di tangan Allah (hal. 173)
“Kami
tidak pernah melihat dan tidak pernah mendengar sebelumnya, sesuatu yang sangat
luar biasa seperti ini. Muhammad Al Fatih telah mengubah bumi menjadi lautan
dan dia menyeberangkan kapal-kapalnya di puncak-puncak gunung sebagai pengganti
gelombang-gelombang lautan. Sungguh kehebatannya jauh melebihi apa yang pernah
dilakukan oleh Alexander The Great” (hal. 182)
Jika
kita tidak mengalahkan mereka dengan ketaatan kita, mereka akan mengalahkan
kita dengan kekuatan mereka (hal. 229)
Bila
saja dia (Muhammad Al Fatih) hidup 20 tahun lebih panjang, tentunya tidak ada
lagi Eropa dengan Kristennya (hal. 273)
Para
ahli di masa kini berpendapat bahwa ada pengaruh yang sangat signifikan antara
anakanak yang membaca biografi tokoh-tokoh hebat dengan anak-anak yang tidak
membacanya pada pembentukan mental dan prestasi yang dicapainya (hal. 283)
Seandainya
seluruh dunia berkata bahwa Konstantinopel tidak akan bisa ditaklukkan, selama
Muhammad saw berkata “bisa” maka bagi Mehmed II itu sudah cukup (hal. 292)
Whatever
it takes for the sake of Allah, dia melakukan apapun yang harus dilakukan demi
Allah (hal. 311)
“Nak
atau tak nak? Kalau Nak; 1000 Daye, Kalau Tak Nak; 1000 Daleh!” (hal. 312)
· Judul
: Muhammad Al Fatih 1453
· Penulis
: Felix Y. Siauw
· Penerbit
: Khilafah Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar